Mengidap Kanker Jangan Takut, Positif Menghadapi Masalah
Tahun ini Suriani Tjua menginjak usia 50 tahun, pada tahun 2013, ia terdiagnosa kanker serviks di Malaysia. “Saat itu saya sangat terkejut hingga tidak tahu harus berkata apa, dunia seakan-akan runtuh dan saya merasa hidup saya tidak akan lama lagi.” Suriani Tjua menceritakan saat awal terdiagnosa kankerserviks dengan sedih. Kemudian di bawah dukungan dan semangat dari keluarga dan teman, Suriani Tjua mulai mendapat kepercayaan diri kembali. ”Mereka menghibur saya, saya hanya mengidap kanker serviks stadium 2, masih termasuk stadium awal dan masih ada harapan, sehingga saya tidak perlu terlalu khawatir.”
Di bawah dukungan dan semangat keluarga, Suriani Tjua mulai menjalani pengobatan, 12 kali kemoterapi memberikan efek sampingnya yang sangat besar sehingga ia tidak sanggup menjalaninya lagi, ia mengalami diare, muntah, tidak nafsu makan, rambut rontok dan sebagainya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk berhenti kemoterapi dan menggantinya dengan radiasi sebanyak 28 kali, tumornya pun terkendali. Tetapi kenyataan ini tidak berlangsung lama, pada bulan Maret 2015 ia melakukan pemeriksaan ulang dan ditemukan adanya tumor limfoma besar di leher tulang selangka kirinya, dokter menyatakan adanya kemungkinan penyebaran limfoma retroperitoneal, hati dan paru-paru. Karena Suriani Tjua sangat takut terhadap kemoterapi, ia pun tidak pernah kembali ke rumah sakit tersebut, kemudian mulai mencari pengobatan kanker yang lebih baik.
Tiba-tiba seorang teman mendapatkan infomasi tentang Modern Cancer hospital Guangzhou melalui internet, kemudian mengundangnya untuk hadir ke kantor perwakilan di Jakarta untuk berkonsultasi lebih lanjut. Di kantor perwakilan, ia memahami teknologi modern minimal invasif di Modern Cancer Hospital Guangzhou, dibandingkan dengan kemoterapi dan radiasi konvensional, metode-metode di sini memiliki efek samping yang lebih kecil dan pemulihannya cepat. Hal ini membuat Suriani Tjua yang sudah muak akan penderitaan kemoterapi mendapatkan kembali harapan pengobatan. Oleh karena itu, ia pulang ke rumah untuk mengurus visa, tiket dan dengan segera berangkat ke Guangzhou.
Pada tanggal 29 April 2015, Suriani Tjua untuk pertama kalinya datang ke Modern Cancer hospital Guangzhou. Setelah melakukan pemeriksaan secara keseluruhan, tim medis MDT Modern Cancer hospital Guangzhou menetapkan metode pengobatan berdasarkan kondisi penyakit dan fisiknya, yaitu Intervensi, Cryosurgery dan kemoterapi minimal invasif. Karena ia pernah mengalami kesakitan dan efek samping yang besar dari kemoterapi, saat mendengar kata “kemoterapi”, hati Suriani Tjua pun langsung menolak. Kemudian dokter menjelaskan secara detail, dan ia pun memahami kalau di sini kemoterapi hanya digunakan sebagai pengobatan sekunder, yang mana pengobatan utamanya adalah Intervensi dan Cryosurgery. Kedua teknologi ini memiliki keunggulan antara lain minim luka, minim efek samping dan hasil yang efektif. Jika dibandingkan dengan kemoterapi, radiasi dan operasi konvensional, metode minimal invasif dapat meminimalisir penderitaan pasien.
Berkat penjelasan dan bujukan dari dokter, Suriani Tjua akhirnya dapat menjalani pengobatan dengan tenang. Ia mengatakan, walaupun di awal pengobatan sempat timbul sedikit efek samping, tetapi jika dibandingkan dengan efek samping dari kemoterapi dan radiasi yang ia jalani sebelumnya, ini tidak ada apa-apa nya. Ia pun sangat terkejut saat mengetahui bahwa tumornya mengecil setelah ia menjalani pengobatan pertama.
Saat ini, Suriani Tjua sudah menjalankan Intervensi, Cryosurgery, kemoterapi dan beberapa pengobatan kombinasi lainnya. Sebagian besar penyebarannya sudah hilang dan kondisinya kini sudah stabil. Saat ditanya tentang perbedaan Modern Cancer hospital Guangzhou dengan rumah sakit lainnya, Suriani Tjua menjawab, “Di sini, seluruh tim dokter bersama-sama membantu saya, sehingga membuat saya lebih percaya diri, metode pengobatannya juga beragam, selain pengobatan konvensional, masih ada teknologi minimal invasif modern yang dapat meminimalisir rasa sakit.”
Setelah terdiagnosa kanker serviks, sikap Suriani Tjua banyak mengalami perubahan, dari yang awalnya putus asa dan terkejut, kini ia menjadi seorang yang optimis dan tenang. Ia sangat berterima kasih kepada semua orang yang telah membantunya, teman-teman serta dokter. Selain itu, tak lupa ia juga membagikan pengalamannya kepada pasien kanker lain, “Berapapun stadiumnya, harus tetap percaya diri, jangan membuat diri sendiri kesepian, harus bergaul dengan banyak orang, dengan begitu pandangan dan hati akan terbuka secara sendiri nya.”
Untuk pertanyaan lebih lanjut, anda dapat menghubungi kami via online, email atau telepon. Untuk info-info terkini, anda dapat mengunjungi Facebook dan Youtube kami.