“Saya menolaj saran dari dokter Jepang dan Vietnam untuk menjalani operasi dan kemoterapi. Setelah itu saya menemukan teknologi minimal invasif di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Di sini saya menemukan serangkaian metode pengobatan minimal invasif, setelah menjalaninya, tubuh saya pulih secara bertahap, hampir tidak ada efek samping yang saya alami. Di sini juga ada kerjasama dari manajemen medis asal Singapura, memiliki lingkungan dan pelayanan pengobatan yang baik, dokter dan suster yang ramah, saya sangat berterimakasih,” ujar Nguyen Thinh yang sudah berusia 83 tahun.
Perjalanan menyenangkan ke Jepang membawa mimpi buruk
Awal tahun 2017, Nguyen Thinh yang sedang berjalan-jalan ke Jepang tiba-tiba tidak sadarkan diri. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan di rumah sakit setempat di Jepang, dokter menemukan adanya kanker pankreas stadium 4. Dokter menyarankannya untuk menjalani operasi. Namun karena mempertimbangkan usianya yang sudah menginjak 83 tahun , pemulihan operasi yang lama, risiko infeksi luka serta penyebaran kanker, akhirnya Nguyen Thinh dan keluarga memutuskan untuk menolak saran dari dokter.
Saat tiba di Vietnam, ia segera berkonsultasi ke rumah sakit, dokter di Vietnam juga menyarankannya untuk operasi dan kemoterapi. Namun sepengetahuan keluarganya, pankreas adalah organ yang memiliki lokasi unik, berdekatan dengan berbagai organ penting, ditambah lagi dengan usianya yang sudah lanjut, operasi memiliki risiko yang besar, dan efek samping radioterapi pun ditakutkan dapat membuat tubuhnya semakin lemah. Akhirnya, mereka kembali menolak saran pengobatan dari dokter. Kenyataan ini membuat kebahagiaan keluarga menjadi hancur, mereka pun mulai mencari pengobatan ke berbagai tempat.
Memahami teknologi minimal invasif, berobat ke China
Kanker membuat tubuh Nguyen Thinh menjadi sangat kurus. Kedua putrinya terus berusaha mencari pengobatan, banyak teman dan kerabat yang merekomendasikan mereka bermacam-macam pengobatan. Saat sebuah klub kanker di Vietnam mengetahui kondisinya, mereka pun memberitahunya tentang teknologi minimal invasif yang ada di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Setelah memahami metode pengobatan minimal invasif yang tidak memerlukan operasi dan kemoterapi sistemik, serta hanya membunuh luka yang minim, keluarga merasa sangat lega.
Kedua putrinya segera menghubungi kantor perwakilan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou yang ada di Hanoi, melalui konsultasi jarak jauh (video call), tim MDT St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou memahami kondisi pasien, dan berdasarkan kondisinya, mereka memberikan saran pengobatan awal. Nguyen Thinh sekeluarga merasa harapan kembali darang, mereka pun segera berangkat ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou.
Teknologi canggih, efektif
Pada 25 November 2017, Nguyen Thinh menjalani Brachytherapy. Di bawah pengawasan ketat dokter, kondisinya mulai pulih. Satu minggu setelah menjalani pengobatan, nyeri yang sebelumnya ia alami membaik secara signifikan, dan ia mulai dapat beraktivitas normal kembali. Keluarga yang mendampinginya merasa sangat senang.
“Ketika saya tiba di sini, saya dalam kondisi setengah sadar, kanker benar-benar menghabisi tubuh saya. Walaupun baru 1 minggu menjalani Brachytherapu, kondisinya kini sudah membaik, pola makannya kembali normal, dan ia sudah dapat berjalan kembali. Karena alasan pekerjaan, dulu saya juga pernah beberapa kali ke China, tapi ini adalah kali pertama saya ke Guangzhou. Kalau tahu dari awal, saya tidak akan semenderita ini, St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou telah menyelamatkan hidup saya,” kata Nguyen Thinh.
Untuk pertanyaan lebih lanjut, anda dapat menghubungi kami via online, email atau telepon. Untuk info-info terkini, anda dapat mengunjungi Facebook dan Youtube kami.