Cervical spondylosis merupakan perubahan degenerasi dari bantalan (disk) tulang belakang leher, hipertrofi hyperplasia tulang belakang leher dan cedera leher yang menyebabkan hyperplasia tulang belakang leher atau slipped disk tulang belakang, penebalan ligament, iritasi atau kompresi saraf tulang belakang leher, saraf leher, pembuluh darah sehingga menimbulkan berbagai gejala sindrom klinis. Manifestasi klinis dari cervical spondylosis adalah nyeri leher dan bahu, pusing, sakit kepala, mati rasa ekstremitas atas, atrofi otot, pada kasus yang parah terjadi apasme kedua tungkai bawah dan kesulitan berjalan, bahkan muncul quadriplegia, gangguan sfingter dan kelumpuhan anggota badan.
Cervical spondylosis sering terjadi pada orang tua, tetapi dengan adanya perubahan gaya hidup dan perawatan kesehatan yang tidak memadai, penyakit cervical spondylosis juga dapat terjadi pada remaja dan tingkat insiden pada pria lebih tinggi dibanding wanita.
Manifestasi klinis cervical spondylosis berdasarkan posisi lesi, tekanan pada jaringan dan perbedaan tindasan sehingga gejalanya pun ikut berbeda. Berdasarkan manifestasi klinis cervical spondylosis secara garis besar dapat terbagi menjadi Radioculopathy type, Myelopathy type, Aortic type dan Sympathetic type. Namun, pada klinis dapat ditemukan cervical spondylosis type campuran yang memiliki gejala dan tanda-tanda dari berbagai cervical spondylosis yang bercampur satu sama lain.
1. Cedera kronis : Bagian kepala dan leher selalu berada dalam satu posisi dalam jangka waktu panjang akan mudah menimbulkan hyperostosis yang akan mempengaruhi saraf dan pembuluh darah, kemudian akan berkembang menjadi cervical spondylosis.
2. Cedera luar : Sebelum mengalami cedera luar, orang yang memiliki tingkatan servik lesi yang berbeda, maka cedera luar dapat secara langsung menginduksi munculnya gejala cervical spondylosis.
3. Posisi tubuh yang tidak baik : Bekerja dengan kepala tertunduk dalam jangka waktu yang lama dan menonton TV di atas tempat tidur atau membaca buku dan posisi tubuh lainnya yang tidak baik, dapat menyebabkan otot bagian leher kelelahan dalam jangka waktu lama, sehingga mudah menimbulkan cedera pada bagian leher.
4. Displasia struktur tulang belakang leher : Penyempitan kanal kecil tulang belakang dan degenerasi tulang belakang leher merupakan dasar insiden cervical spondylosis, kelompok orang macam ini memiliki tingkat insiden 1 kali lipat lebih tinggi daripada orang normal.
1. Nyeri pada leher dan bahu akan menyebar ke kepala dan lengan/tangan.
2. Satu sisi dari bahu belakang terasa berat, lengan/tangan tidak bertenaga/lemas, jari tangan kesemutan.
3. Perasaan dari kulit lengan/tangan menurun, tangan memegang benda terasa tidak bertenaga/lemas.
4. Paha/kaki tidak bertenaga/lemas, berjalan tidak mantap, kedua kaki merasa kesemutan.
5. Muncul gejala buang air besar dan kecil yang tak terkendali, disfungsi seksual bahkan tangan dan kaki lumpuh.
6. Ada sebagian pasien cervical spondylosis muncul gejala yang disertai dengan pusing, yang parah dapat muncul gejala disertai dengan mual dan muntah, sebagian kecil pasien akan muncul gejala vertigo dan pingsan mendadak.
7. Di saat cervical spondylosis telah melibatkan saraf simpatik akan muncul gejala sakit kepala, penglihatan kabur, kedua bola mata terasa bengkak atau terasa kering, tinnitus dan jantung berdebar, ada yang bahkan muncul gejala perut kembung.
1. CT tulang belakang leher : Dapat dengan jelas mengamati keadaan hyperplasia kalsifikasi pada tulang belakang leher, dapat dengan secara tepat mendiagnosis spinal stenosis dan pembentukan osteofit pada tepi belakang dari vertebra.
2. MRI tulang belakang leher : Dapat dengan jelas mengamati penonjolan keluar bantalan/disk tulang belakang dan menekan saraf tulang belakang, digunakan sebagai pemeriksaan pencitraan konvensional pra operasi, sehingga dapat dengan jelas menentukan lingkup segmental dan reseksi dalam operasi.
3. Electromyography (EMG) : Cocok untuk pasien cervical spondylosis dengan gejala kelemahan otot, dapat memastikan diagnosis posisi lesi neuromuscular dan dapat membedakan dengan lateral sclerosis, neurodegenerative dan penyakit departemen neurologi lainnya.
1. Pengobatan konservatif : Pengobatan konservatif cocok digunakan bagi pasien cervical spondylosis dengan gejala ringan, diantaranya termasuk : terapi obat oral, terapi traksi dan fisioterapi.
2. Operasi : Bagi pasien cervical spondylosis dengan gejala yang lebih berat dan setelah pengobatan konservatif tidak ada perbaikan yang signifikan dapat mengambil langkah operasi, diantaranya termasuk : pembedahan cervical anterior dan pembedahan cervical posterior.
3. Pengobatan tradisional China : Pengobatan tradisional China sangat luas dan mendalam, metode pengobatan tradisional China yang tidak memerlukan pisau dan memiliki hasil dalam pengaturan keseimbangan secara keseluruhan, meningkatkan fisik tubuh dan lain sebagainya.
4. Terapi minimal invasif ortopedi : Terapi minimal invasif ortopedi Rumah Sakit Modern Cancer Guangzhou adalah dengan menggunakan penelitian teknik terbaru, misalnya dengan melalui teknologi discectomy sisi, teknologi discectomy posterior dan percutaneous discectomy dan lainnya untuk mengobati cervical spondylosis.
1. 1-2 minggu setelah operasi pasien cervical spondylosis dapat melakukan gerakan sistolik dan diastolik tangan dan kaki serta gerakan persendian, misalnya gerakan mengepalkan tangan, melonggarkan kepalan tangan dan lainnya.
2. Pasien cervical spondylosis di saat meninggalkan tempat tidur untuk beraktivitas, bagian leher memerlukan lingkaran pelindung leher untuk menetapkan posisi dan menghindari gerakan perubahan posisi leher yang hebat.
3. Pasien cervical spondylosis memerlukan lingkaran pelindung leher untuk menetapkan posisi leher selama 2-4 minggu, di saat beristirahat di atas tempat tidur maka lingkar leher dapat dilepaskan.
4. Pasien cervical spondylosis setelah operasi dapat meningkatkan latihan fungsional bagian leher, misalnya dengan menundukkan kepala ke depan, menengadahkan ke belakang dan memutar leher ke arah kiri dan kanan dan lainnya.
5. Pasien cervical spondylosis harus menghindari terjadinya cedera, misalnya menekuk leher secara berlebihan, gerakan rotasi leher yang berlebihan serta goyangan kepala dan leher yang hebat dan lainnya.
Dalam praktek telah membuktikan bahwa pelayanan dan pengobatan tim gabungan multi-disiplin, dapat menentukan program pengobatan yang paling efektif, paling cocok, paling ekonomis untuk pasien, sehingga sangat meningkatkan hasil pengobatan pasien kanker.
Tim gabungan multi-disiplin dari Rumah Sakit Modern Cancer Guangzhou dengan metode sistem medis “one-stop”, melakukan diagnosis dan pengobatan komprehensif terhadap pasien, dengan tidak menambah bebannya pasien, di satu sisi memberikan layanan medis menyeluruh secara mendekat untuk pasien, di sisi lainnya lebih meningkatkan efisiensi dan standar medis. Jalur komunikasi antara dokter dengan pasien yang beragam, termasuk konsultasi online, melalui email, komunikasi telepon dan pertemuan secara langsung, menyediakan layanan konsultasi secara umum bagi pasien, membantu mereka dapat secara efisien melawan kanker. Tim pengobatan yang terdiri dari dokter, suster perawat, ahli nutrisi dan penerjemah, bisa memenuhi berbagai level kebutuhan pasien dari berbagai negara yang berbeda. Dengan adanya lingkungan pertukaran informasi yang lancar pasien bisa merasa lebih tenang bekerja sama dengan rumah sakit untuk melakukan pengobatan
WONG SOOK KWAN asal Malaysia, pada bulan Juni 2017 didiagnosa kanker payudara stadium II. Menjalani kemoterapi di Malaysia, dikarenakan hasil pengobatan yang tid
Read More ›SOMPORN NA PHATTHALUNG pasien kanker prostat stadium lanjut asal Thailand, sebelum datang ke rumah sakit, kondisinya hanya berbaring di tempat tidur tidak bisa
Read More ›Oktober 2017, Mai Thi Kim Duyen, pasien kanker serviks stadium lanjut, dikarenakan operasi yang dijalani di Vietnam tidak efektif, ia data ke St. Stamford Modern
Read More ›