Tjong Men Tjong adalah seorang fotografer asal Indonesia. Pada tahun 2011, ia mulai merasakan sesuatu yang tidak wajar di tubuhnya, terkadang demam, mual, pembengkakan kelenjar getah bening di leher dan selangkangan, namun ia tidak merasakan keluhan di tubuh lainnya. Ia tidak pernah menyangka bahwa keluhan yang dialaminya adalah gejala awal dari limfoma.
Pada Juni 2014, gejala demam dan mual yang dialaminya semakin serius, ditambah sakit kepala dan tulang yang tak tertahankan, berat badannya turun sebanyak 5kg. Setelah dilakukan pemeriksaan di Malaysia, ia didiagnosa menderita limfoma. Dokter di Malaysia menyarankannya untuk menjalani operasi, namun sayang, setelah dilakukan suntikan pada sumsum tulang belakang, ternyata Tjong Men Tjong memiliki masalah dengan darahnya, sehingga operasi tidak bisa dilakukan.
Meskipun hasilnya mengecewakan, Tjong Men Tjong tidak putus asa. Beruntung, Tjong Men Tjong mendapat informasi di Internet tentang Rumah sakit St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Ketika ia mengetahui bahwa operasi bukanlah satu-satunya cara untuk mengobati Limfoma stadium lanjut di China, ia memutuskan untuk mencobanya. "Sebagai orang keturunan Tionghoa, saya sangat percaya dengan pengobatan China dibandingkan dengan teknologi pengobatan kanker di negara lain, saya lebih memilih pergi ke China untuk mengobati kanker," kata Tjong Men Tjong.
Saat di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, hasil pemeriksaan medis saat itu menunjukkan kondisinya telah memburuk dan memasuki stadium 3, ada pembengkakan kelenjar getah bening di berbagai tempat. Setelah berdiskusi, akhirnya tim medis MDT memutuskan untuk segera menerapkan Intervensi.
“Tjong Men Tjong, adalah pasien limfoma stadium lanjut, saat tiba di rumah sakit, kondisi fisiknya sangat buruk dan terdapat pembengkakan di kelenjar getah bening. Bagi pasien dengan kondisi seperti ini, Intervensi dapat mengurangi rasa sakit, karena Intervensi hanya membutuhkan luka sayat sebesar 2mm saja, ditambah dengan konsentrasi obat yang tinggi, membuat obat mampu membunuh sel kanker secara efektif, efek samping seperti rambut rontok, muntah dan lainnya juga lebih minim; kedua, pengobatan ini bisa menghalangi suplai makanan untuk sel kanker, sehingga mengurangi pertumbuhan sel kanker dan mengontrol kondisi sakitnya,” jelas dokter penanggung jawab Tjong Men Tjong.
18 Juli 2014, Tjong Men Tjong menjalani Intervensi pertamanya, "Saat itu saya sangat gugup, dokter menyuruh saya menahan nafas, hasilnya saya tiba-tiba tidak tahu bagaimana menahan nafas. Tapi dokter sangat sabar dan membantu saya menenangkan diri. Setelah Intervensi selesai, hati saya sangat merasa lega.”
Tjong Men Tjong tersenyum jika mengingat peristiwa saat itu. "Saya tidak merasakan keluhan apapun setelah operasi, meskipun terasa sedikit mual, namun tidak mempengaruhi selera makan, nafsu makan saya normal dan rambut saya tidak rontok." Melihat rambut Tjong Men Tjong yang lebat, memang bila dibandingkan dengan pasien kanker lain yang menjalani kemoterapi, ia terlihat berbeda.
Setelah menjalani Intervensi ke-3, ia mulai merasakan perubahan yang nyata, tumornya mengecil, mual dan nyeri hilang, kondisinya mulai membaik. Selain menjalani pengobatan, Tjong Men Tjong ternyata tidak bisa melepaskan kamera kesayangannya. Ia sering berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan di rumah sakit, di sana ia memotret dengan kameranya sebagai memori berharga dari setiap acara.
Setelah menjalani 6 kali Intervensi, bengkak di kelenjar getah beningnya mengecil secara signifikan, kondisi fisiknya juga kembali normal. Bulan Maret 2015, pada acara “The First ASEAN Academic Forum of Minimally Invasive Therapy for Tumor Treatment”, ia ditunjuk sebagai Duta Anti-Kanker serta mendapatkan penghargaan sebagai Survivor Limfoma Stadium Lanjut. Kisahnya melawan kanker telah menyentuh banyak pasien Indonesia lainnya, sekaligus memberikan pilihan pengobatan dan harapan yang baru. Ia mengatakan, “Jika Anda mengalami keluhan, lakukan pemeriksaan dan pengobatan sejak dini, dengan begitu tingkat kesembuhanmu akan lebih besar, saya pribadi sangat optimis melawan kanker!”
Ahli St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou menyarankan, apabila gejala ini muncul, waspadalah terhadap limfoma :
1. Demam tanpa sebab. Suhu tubuh antara 38°C-40°C selama beberapa hari, setelah diobati akan membaik, namun muncul kembali.
2. Timbul pembengkakan kelenjar getah bening. Bisa terjadi di sekitar leher, bawah rahang, bawah telinga dan lainnya, juga bisa menyebar ke daerah ketiak dan selangkangan. Ukurannya bermacam-macam, mulai dari sebesar biji kedelai hingga sebesar buah kurma, dan umumnya tidak terasa sakit.
3. Keluhan yang dirasakan : kulit gatal, berat badan menurun, berkeringat di malam hari, tubuh lelah, anemia dan lain-lain.
Untuk pertanyaan lebih lanjut, anda dapat menghubungi kami via online, email atau telepon. Untuk info-info terkini, anda dapat mengunjungi Facebook dan Youtube kami.