Guangzhou, Orang dengan kanker biasanya akan melakukan segala cara agar bisa sembuh, termasuk hingga ke negeri seberang. Hal ini yang dilakukan oleh 3 orang Indonesia yang berjuang melawan kanker hingga ke negeri China.
Oei Lee Hia (59 tahun)
Salah satu pasien yang ditemui adalah Oei Lee Hia (59 tahun). Gejala yang dirasakan ibu ini adalah ia tidak bisa mengonsumsi apapun, bahkan 1 sendok teh saja bisa membuatnya muntah-muntah hingga sekitar setengah tahun.
Awalnya ia berkonsultasi di salah satu rumah sakit di Jakarta dan didiagnosis memiliki masalah di ginjal hingga harus dilaser. Tapi saat itu ia tidak mau dan memutuskan berkonsultasi ke Malaysia, disana ia didiagnosis kanker lambung namun belum melakukan tindakan apa-apa karena ia harus pulang ke Jakarta untuk merayakan Imlek.
"Saat di Indonesia kakak saya menemukan pengobatan kanker di Guangzhou dan akhirnya memutuskan berobat di sini," ujar sang kakak yang setia menemani, Ng Lie Tjen, saat ditemui detikHealthdi Modern Hospital Guangzhou China, Minggu (29/4/2012).
Ng Lie Tjen menuturkan saat pertama kali datang, sang adik terus muntah-muntah, pucat, kurus dan ia susah sekali jalan. Dokter pun mendiagnosisnya dengan kanker lambung stadium 4 dan harus menjalani pengobatan lokal kemo.
Setelah 3 bulan berada di rumah sakit, Oei Lee Hia sudah menjalani 4 kali pengobatan lokal kemo. Dokter mengatakan ia membutuhkan 2 kali lagi lokal kemo dan kemungkinan sudah bisa pulang bulan Juni mendatang.
"Sejak mulai pertama kali melakukan lokal kemo, sudah terlihat ada perbaikan, sudah bisa makan. Dan sekarang sudah terlihat lebih segar, sudah bisa berjalan," ujar Ng Lie Tjen.
Saat melakukan lokal kemo, ia dibius lokal di pangkal paha lalu dimasukkan obat kemo hingga tepat ke sasaran kanker. Selain lokal kemo, ia juga mendapatkan pengobatan immunoterapi.
"Saat ini pantangannya ia tidak boleh makan udang, kepiting dan cumi-cumi, dan kita juga jaga supaya kondisi dia tidak drop," ungkap Ng Lie Tjen.
Hanny Setiawan (65 tahun)
Sementara itu pasien lain yang ditemui detikHealth adalah Hanny Setiawan (65 tahun) yang didiagnosis memiliki kanker paru dan sudah metastasis (menyebar) ke tiroid serta otak. Ia pun sudah dirawat di rumah sakit selama 3 minggu.
"Gejala awalnya lemas dan kakinya nggak bisa jalan, tapi seminggu kemudian kondisinya terus memburuk. Sudah ke beberapa rumah sakit di Jakarta dan didiagnosis kanker tiroid yang menyebar ke otak lalu ke paru," ujar sang suami, Gede Sugiarta (65 tahun).
Namun sang anak yang juga dokter menemukan informasi di internet mengenai pengobatan kanker di Guangzhou dan memutuskan membawanya ke sana. Di rumah sakit ini dia didiagnosis kanker paru stadium lanjut yang sudah menyebar ke tiroid dan otak.
"Dua minggu lalu sudah dilakukan penanaman biji partikel dan 1 minggu lalu dilakukan pembekuan, dan sudah melakukan penyinaran untuk kanker di otaknya sebanayk 12 kali, sekarang tinggal 8 kali penyinaran lagi," ungkapnya.
Gede Sugiarta menuturkan untuk penanaman partikel ia menghabiskan biaya sekitar 42.259 yuan (Rp 61.698.140) dan selama 3 minggu sudah menghabiskan biaya sekitar 104.893 yuan (Rp 153.143.780).
"Sekarang saya sudah ada perbaikan, bisa angkat tangan dan nafsu makan juga banyak. Di sini saya juga mendapatkan obat herbal yang diberikan melalui infus," ujar Ibu Hanny.
Ibu Hanny yang merupakan ibu rumah tangga dan aktif di beberapa kegiatan sosial ini masih harus menyelesaikan pengobatan penyinarannya dan diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 3 minggu lagi.
Ibu Yati (71 Tahun)
Sedangkan pasien lainnya adalah Ibu Yati (71 tahun) yang didiagnosis memiliki kanker paru. Sebelumnya pada tahun 1998 ia didiagnosis kanker payudara lalu sudah berobat dan bahkan sudah dilakukan pengangkatan kanker payudara (masektomi).
"Tapi ternyata beberapa tahun lalu kambuh kembali dan saat dicek kankernya sudah metastase ke paru-paru. Awalnya keluar cairan di bekas payudaranya, mulai sesak napas dan batuk-batuk, ternyata sudah menyebar ke paru-paru," ujar sang anak yang menemani, Satrio.
Ibu Yati sebelumnya sudah melakukan perawatan di Singapura hingga akhirnya ia memutuskan berobat di Guangzhou China. Di rumah sakit ini ia menjalani pengobatan lokal kemo, pengobatan melalui infus dan juga penanaman biji partikel.
Ia menuturkan tidak tahu persis berapa jumlah biaya yang sudah dikeluarkannya untuk pengobatan di Guangzhou, ia memperkirakan hanya sekitar seperlima dari pengobatan di Singapura.
Saat ditemui Ibu Yati sudah tampak segar dan akan pulang ke Indonesia, tapi beberapa waktu nanti ia diharuskan kembali lagi ke Guangzhou China untuk melakukan kontrol.
Direproduksi:https://us.health.detik.com/read/2012/05/02/150252/1907209/763/berjuang-melawan-kanker-hingga-ke-negeri-china
Untuk pertanyaan lebih lanjut, anda dapat menghubungi kami via online, email atau telepon. Untuk info-info terkini, anda dapat mengunjungi Facebook dan Youtube kami.